Jumat, 09 Januari 2015

Akhir April 2003

Tertulis ada satu kenangan
Yang aku baca di waktu lalu
Kuraih sebuah mimpi yang tak berarti
Kubawa pergi, entah kemana … .
Kuharus mengadu rasaku yang hampir saja kuutarakan pada siapa asaku ini
Kubuang saja … .
Jauh di lubuk hatiku rasaku masih sama padamu
Hati ini pun sakit bila kukenang kembali masa yang pernah terjadi
Biarkan saja aku di sini
Usah kau cari lagi
Biarkan saja kututup cerita tentang dirimu
Yang kumau hanyalah melupakanmu
Hanya berharap kau mau melepasku dengan rela ….
Biar tak begini jadinya

(TDS)

Pilihlah yang Terdekat

6 Januari 2015, 06:37 WIB
Beberapa hari ini aku menyadari satu hal mengenai ‘pacaran’. Pacaran, hampir setiap orang pernah melakukannya bukan ? Ya, pacaran bukan lagi jadi fenomena asing di kalangan remaja dan orang dewasa, bahkan kalangan anak-anak juga mulai tau dan melakukannya.
Oh iya, aku sering banget ngedenger kalau ‘cinta itu tidak harus memiliki’ atau ‘cinta itu harus selalu diperjuangkan sampai akhir’. Aduh-aduh, jadi yang benar yang mana ? :@
Terserah lah ya mau pilih yang mana. Tapi yang bisa aku ambil dari kehidupan, jangan mau pacaran dengan orang asing. Orang asing disini adalah orang yang tidak dekat secara fisik atau pun batin denganmu.  Pilihlah yang terdekat, karena mereka yang dekat tidak akan sejahat mereka yang jauh. Dan buat kalian yang sedang mengejar cinta, ingat ya cinta itu bukanlah sesuatu yang bisa dipaksakan. Lepaskan dia kalau memang dia tidak ingin dijeruji. Toh, takdir siapa yang bisa ngubah kan ? Prinsipnya adalah jadilah orang baik karena nanti juga dia yang datang adalah orang baik. Mau jadi orang jahat juga boleh, tapi jangan salahin Tuhan kalau dia selalu bikin kamu nangis (read : tidak berlaku untuk tukang pengupas bawang) :D
Ok ok, gitu aja tips dari Esa. See you , good bye. Aku mau beres-beres buat tes fisik dan latihan SRT nih hoho :O

Sang Kaktus Masa SMA

Hari ini aku mengingat teman SMA-ku yang cengeng tapi kuat. Namanya Rika Kartika. Ish, aku selalu sebal kalau dia terus-terusan menangis di depanku. Dan saat aku berikan nasihat dia mengangguk-angguk seakan paham, lalu besoknya dia melakukan hal-hal yang bisa bikin dia nangis lagi. Kadang aku ingin sekali berteriak di depannya, ‘woi nangisnya jangan ke gue. Pergi dan bersenang-senang aja lagi’. Tapi ya gimana, cengeng-cengeng juga temen Esa.
Tapi yang harus kalian tau, banyak hal yang hebat juga yang kupelajari dari seorang cewek yang suka dipanggil Ika itu. Dia kuat, ya jangan disejajarkan dengan baja juga kali. Dia itu kayak kaktus, hidup di tengah tempat yang panas tapi mencoba mempertahankan diri demi terciptanya sebuah bunga yang cantik.
Hidup dia gak semudah yang orang kira, rumahnya pun tidak sehangat rumah biasanya. Pertemanan dan percintaanya juga cukup rumit. Tapi dia tetap bertahan, akhir-akhir ini aku menyadari bahwa masih mending dia nangis daripada ngelakuin hal yang lebih buruk dari nangis kan ? Gawat !
Pokoknya, Ika. Kamu kaktus yang aku suka, tetaplah perjuangkan apa yang kamu inginkan, berusahalah untuk berbunga. Dan saat kau akhirnya mampu berbunga, teriakkan semua itu padaku. Aku akan datang dengan memberimu banyak air. Yuhu, ok dah kaktus :D

Minggu, 04 Januari 2015

Mawar yang Malang

4 januari 2015, 06:37 wib
Pagi ini esa terlibat dalam ekspedisi pencarian sinyal (read : maklumlah di kamar sinyal itu merupakan barang langka). Saat sedang asyik-asyiknya mencari sinyal, esa ngelirik ke sudut balkon, disana ada sekitar 24 tangkai mawar yang tengah sekarat menuju ajal (atau mungkin sudah pada tahap ajal ? Entahlah). Mawar-mawar itu datang ke rumah ini dengan cantik dan segar, indikator perhatian teman-teman pada teteh yang habis diwisuda. Namun yang jelas ada beberapa hal yang harus digaris bawahi dari kisah sang mawar (yang tadinya) cantik itu.
Ya, mawar ! Siapa yang tidak kenal nama bunga itu. Dia selalu dilambangkan dengan isyarat cinta, kasih sayang, naksir, dan lain sebagainya. Namun tidak pernahkah kita berpikir bahwa mawar sebenarnya merupakan bunga yang malang (tidak memiliki masa depan yang cerah ? #oalah). Mawar dipetik hanya untuk dibunuh. Betapa sering manusia melakukan pembantaian dan pembunuhan massal terhadap mawar, baik itu saat seseorang wisuuda/lulus, hari Valentine, penembakan gebetan (massal), hari ibu, atau saat momen-momen manis lainnya. Bersyukurlah karena mawar dibudidayakan, tapi apa kita tidak tega menghabisi hidup mawar dengan begitu kejam ? Mungkin kita semua harus mulai beralih pada mawar plastik yang lebih tahan lama dan tidak kalah indah. Kita harus berhenti menyia-nyiakan hidup makhluk Tuhan yang lain. Think green and save roses ! :)

Jumat, 02 Januari 2015

Belajar Berenang


Selasa, 23 Desember 2014. Kami (Calon Siswa Jantera XXXIV) mengikuti latihan renang di tempat yang telah disepakati sebelumnya, gelanggang kolam renang UPI. Jujur nih, aku gak bisa renang tau ! :( Rasa cemas seakan jelas tertulis di depan mata. Takut tenggelam, itulah yang selalu aku dan Suci bilang.
Tapi ada satu pelajaran bermakna dalam latihan kali ini. Belajar berani ! Ya, aku mempelajarinya dari Kang Adi. Dia mengajari kami untuk menahan nafas, membiarkan tubuh kami mengambang, menyatu dengan air, hingga kaki kami bisa bergerak bebas berpindah tempat. Awalnya aku takut tenggelam, terlebih tenggelam yang disertai pesta minum air kolam yang penuh kaporit, Ieeeuuuw memuakkan. Tapi keberanian kami lebih besar dibandingkan ketakutan itu. Biar, biarlah tenggelam di awal kisah. Lama-lama juga bakal mahir dan memetik kepuasan.
Oh iya, latihan renang ini prinsipnya sih tidak menuntut kami untuk handal dalam berenang. Hanya bisa mengambang saja sudah cukup. Hal itu dimaksudkan agar kami tidak terlalu membebani saudara kami saat turun menantang alam. Penyeberangan air menuntut kami untuk berani.
Implementasinya dalam kehidupan, kita harus selalu berani mencoba hal-hal yang baru. Biarkan air menenggelamkan rasa takut itu, bukannya ditenggelamkan ke dalam air oleh rasa takut.
Berani mengambil resiko bukan berarti ceroboh, walau kadang kecerobohan dimulai dari keberanian mencoba banyak hal. Di balik itu semua, mencoba berani lah dengan tujuan yang jelas. Seperti saat berani tenggelam dalam air. Kita tenggelam bukan untuk mati, tapi tenggelam untuk bergerak lebih jauh dari biasanya. Merasakan aroma air perjuangan. Ok, see you. Salam, Bravo Jantera !!