Rabu, 24 Juni 2015

12 September 2003

Alunan suara takbir berkumandang
Seiring petasan menggema bersahutan
Memaksa diriku hanyut dalam khayal
Terbias senyummu di akhir perjumpaan
Senyuman yang manis selalu penuh dendam
Ketika kau tahu diriku ditunangkan
Kecupan yang terakhir penuh rasa haru
Seakan kemarin kau masih di sampingku
Tak kuasa kumelawan kehendak ayah dan bunda
Akhirnya kuterperangkap dalam duka
Airmataku berlinang, dikala rinduku padamu kan datang
Tiada pernah kumiliki rasa rindu serta cinta
Selain rindu dan cintaku padamu
Datanglah kasih sejenak walau di dalam tidurku
Cukuplah sebagai pengobat rinduku

(TDS)

Senin, 22 Juni 2015

Geotrek

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting penentu masa depannya. Menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1), pendidikan adalah: “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara”. 

Di balik definisi tersebut, pada intinya pemerintah dan masyarakat pastilah menginginkan terjalankannya suatu sistem pendidikan yang baik, sehingga akhirnya juga menghasilkan output yang baik pula. Namun pada prosesnya, seringkali pendidikan justru menjadi suatu hal yang dibenci dan dijauhi oleh anak-anak. Setidaknya sampai ini, pendidikan masih saja lekat dengan kesan membosankan, membingungkan, dan teoritis

Menurut Muhibbin Syah (2010: 129) ada tiga faktor yang akan mempengaruhi proses belajar peserta didik, yaitu faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar (approach to learning). Tidak jarang faktor tersebut datang secara bersamaan dalam bentuk negatif dan berdampak pada penurunan mood belajar peserta didik. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan beberapa metode belajar yang lebih modern dan efektif. Salah satu diantaranya adalah diterapkannya metode PAKEM atau pembelajaran yang menekankan suasana kelas yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Saat metode ini diterapkan, posisi pendidik dan peserta didik tidak akan saling kaku dan pasif, kelas akan menjadi lebih hidup dan iklimnya akan membaik. Hingga hasil akhirnya adalah tercetaknya generasi terdidik yang aktif dan bahagia di dalam dunia akademis yang akan mereka jalani bertahun-tahun lamanya. 

Sedangkan pengertian geografi menurut Prof. Bintarto adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan kausal gejala-gejala di permukaan bumi, baik yang bersifat fisik maupun yang menyangkut kehidupan makhluk hidup serta permasalahannya melalui pendekatan keruangan, kelingkungan, dan regional untuk kepentingan program, proses dan keberhasilan pembangunan. Dalam memahami mata pelajaran Geografi, peserta didik diharuskan memiliki pengetahuan keruangan yang cukup kuat, hal itu dikarenakan objek yang dipelajari oleh bidang ini adalah fenomena geosfera, yang mencakup lapisan tanah (lithosfer), lapisan udara (atmosfer), lapisan makhluk hidup (biosfer), lapisan air (hidrosfer) serta lapisan manusia (antroposfer). Kuantitas materi yang banyak dan abstrak membuat mata pelajaran ini terkesan  tidak menarik dan sulit dipahami. Hal itu bisa semakin diperparah jika guru yang mengajarkannya monoton, teoritis, dan tidak memiliki media pembelajaran yang cukup. 

Geotrek merupakan salah satu cara untuk mengatasi masalah pembelajaran membosankan yang dilekatkan pada Mata Pelajaran Geografi. Geotrek secara bahasa berasal dari kata geo (bumi) trekking (berjalan-jalan), atau istilah lainnya adalah suatu kegiatan alam bebas yang bertujuan untuk mengamati keanekaragaman di bumi melalui jalan-jalan santai dan menyenangkan. 

Geotrek memang belum se-kekinian kegiatan flying fox, namun para pelopornya masih tetap berusaha untuk memperkenalkannya kepada masyarakat Indonesia secara lebih luas. Salah satu pelopor tersebut adalah Titi Bachtiar, seorang alumnus Pendidikan Geografi IKIP Bandung. Beliau aktif sebagai anggota Masyarakat Geografi Indonesia dan Kelompok Riset Cekungan Bandung (KRCB), bersama teman-temannya beliau memperkenalkan geotrek sebagai salah satu upaya mengatasi kejenuhan dalam mempelajari geografi. Bukan hanya mengunjungi dan melihat keindahan suatu tempat, tapi geotrek juga berfungsi untuk mengenali suatu tempat dari sudut pandang geografinya. Misalnya saja geotrek mengunjungi Pantai Sawarna yang terletak di perbatasan Kabupaten Sukabumi dan Banten, selain mendapatkan suguhan pemandangan yang luar biasa indah, para peserta geotrek juga bisa mempelajari bagaimana pantai itu bisa terbentuk, batuan apa yang menyusunnya dan apa dampak adanya pantai tersebut bagi penduduk di sekitarnya. Contoh lainnya adalah perjalanan geotrek ke Gunung Tambora, selain keindahan alamnya, peserta geotrek juga bisa dikenalkan mengenai deskripsi fisik Gunung Tambora dan sejarah letusan dahsyatnya 200 tahun yang lalu. 

Dalam lingkup yang lebih luas, aktivitas geotrek juga bisa dipakai sebagai metode untuk mengaplikasikan butir pertama Sumpah Pemuda, yang berbunyi “Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia”. Sumpah itu secara jelas menggambarkan betapa pentingnya kita mempelajari dan mendalami ilmu geografi. Walaupun bukan sebagai seorang ahli, setidaknya kita bisa mengenali alam Indonesia dan menjaganya agar tidak direbut Negara tetangga. Disinilah akhirnya terlihat bahwa geotrek juga mampu menjadi salah satu alat sebagai penguat geostrategi politik Republik Indonesia. Menurut Dr. ganjar M. Ganeswara, M. Pd (2013: 159), geostrategi merupakan suatu strategi dalam memanfaatkan suatu konstelasi geografi Negara dalam menentukan kebijakan dan sarana-sarana untuk mencapai tujuan nasional.
Metode PAKEM dalam geotrek bisa diamati dari karakteristik tercapainya empat indikator dengan baik, yakni indikator mengalami, komunikasi, interaksi dan refleksi. 

Dalam metode PAKEM, peserta didik diharuskan mengalami materi belajar secara langsung. Hal itu sangat baik demi meningkatkan pemahamannya terhadap materi tersebut, cara mengalami yang baik itu bisa diwujudkan dengan pengamatan, percobaan, penyidikan dan wawancara. Karena geotrek merupakan aktivitas yang membutuhkan panca indera secara langsung, maka aspek mengalami ini bisa terkesan lebih mendalam karena terwujud melalui pengalaman berkunjung ke suatu tempat. 

Setelah melakukan geotrek ke suatu tempat, peserta didik juga akan mampu mengkomunikasikan hasil pengamatannya, baik berupa mengemukakan pendapat, presentasi laporan, pemajangan hasil kerja, ataupun ungkap gagasan. Semua aktivitas tersebut akan lebih menarik karena peserta didik mengalaminya secara langsung, sehingga bahasannya akan tersampaikan dengan cukup baik dan antusiasme yang tinggi dari pembicara. 

Interaksi dalam geotrek terwujud melalui diskusi dan tanya jawab mengenai tempat yang telah dikunjungi. Misalnya setelah melakukan geotrek ke Gunung Tambora, pendidik bisa saja melakukan diskusi dan tanya jawab di kelasnya mengenai letusan Tambora pada 11 s.d 12 April 1815 dan bagaiman dampaknya terhadap kehidupan manusia kala itu, serta bagaimana keadaannya saat ini. 

Kepekaan peserta didik terhadap daerah yang dikunjunginya bisa saja didapat dengan kegiatan refleksi, mereka bisa mengemukakan apa saja kekurangan dan kelebihan tempat yang mereka kunjungi. Selain sebagai metode mengembangkan pemikiran yang kritis, hal ini juga dimaksudkan agar peserta didik bisa mengenali Indonesia dari hal yang terkecil sekalipun. Refleksi ini mampu mencetak generasi yang visioner and planner. 

Potensi pengembangan geotrek memang cukup menjanjikan, animo masyarakat terhadapnya juga sangat baik. Sangatlah pantas jika animo itu ditanggapi oleh pemerintah dengan anjuran tersurat agar geotrek dimasukan ke dalam metode pembelajaran Mata Pelajaran Geografi. Selain membuat pembelajaran lebih menarik karena mengandung unsur PAKEM yang menekankan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, geotrek juga mampu meningkatkan jiwa nasionalisme peserta didik. Sudah selayaknya anak-anak kita mengenali Negaranya terlebih dahulu, agar mereka memiliki kecintaan terhadap bangsanya sendiri di era globalisasi yang menghilangkan sekat-sekat dunia ini. 

Tadaaaa, tumben banget ini tangan bisa ngetik serius -,-‘

14 Juni 2015, 20:37 WIB

Dear kekasih yang terindukan, aku baru saja melihat satu kisah cinta yang mengharukan lagi. Kisah yang diawali dari pertemuan yang begitu sederhana, kisah Asma dan Zhong Wen.
Kekasih yang terindukan, sampai saat ini aku masih hidup seperti biasa. Ya, rasanya aku cukup jauh untuk menggapai inang rusuk yang bercahaya. Tapi aku yakin Allah akan memberikanku sebuah kesempatan untuk itu.

Kekasih yang terindukan, aku memang tidak sesuci apa yang digambarkan dalam novel-novel religi. Aku bahkan masih senang menyentuh telapak tangan laki-laki lain saat bersalaman. Ah, maafkan aku. Tapi aku juga memiliki hati yang mendamba kesucian itu. Ya, aku sangat mendambanya.

Tak peduli seberapa jauh aku melangkah, seberapa lama aku akan menunggu. Kekasihku yang baik mungkin akan selalu kubayangkan, menjadi sebuah pertanyaan yang tek pernah ada jawabnya. Mari mendaki bersama, ajak aku ke tempat yang tidak biasa. Dimana aku bisa melihat tarian awan dari dekat, menggenggam tangan yang memang telah halal untuk kupegang erat. Memiliki bahu yang hanya tersedia untuk segala keluh dan kesah bersama.

Hidupku begini, hanya ini yang aku mampu. Bersuara dalam hening, mengangin hingga terbuai alunan cinta yang samar-samar. Kau adalah sumber kekuatan hidupku, walau namamu belum kukenal dengan jelas. Siapa kamu? Aku tak tahu. Dimana kau berada? Aku pun tak pernah tahu. Hanya satu yang kuyakini, aku merindukanmu. Tolong ajak aku ke surga itu dengan keimanan.

14 Juni 2015, 20:51 WIB

“Hei, apa kabar?”
"Nama kamu siapa?”
“Tempat tinggal kamu dimana?”
“Oh iya, agama kamu apa?”
"Hobi kamu?”
"Kapan kita ketemu?”
“Kamu telah terlahir atau masih di alam ruh?

Ya, itu adalah beberapa pertanyaan yang ingin segera kutahu jawabannya. Aku bahkan masih penasaran, akan kah penanntian cinta sejati ini lebih lama dari biasanya? 

Aku pernah mendengar satu cerita, kalau cinta sejati kita mungkin saja bukan manusia yang saat ini telah terlahir. Karena bisa saja Allah menyiapkan cinta sejati kita dari alam ruh. Yang masih suci hatinya, dan hanya tercipta untuk menjadi inang kita sampai waktu yang tidak terbatas. 

Kau, inang rusukku. Apakah kau seseorang yang telah mengenal buruknya wajah dunia? Ataukah kau seorang pria dari alam ruh yang saat ini tengah mengamatiku dari sebuah cermin ajaib? Ah, kalau kau yang kedua mungkin kau akan kecewa setiap harinya melihatku. Aku terlalu banyak berdosa dan mengacaukan lukisan kehidupanku. 

Maaf karena belum menjadi manusia yang baik. maaf juga karena aku masih menodai lidahku dengan gunjingan dan keluhan yang kadang sengaja atau tidak sengaja keluar. Semoga waktu akan membantuku menyucikan hati dan rasioku. Kau, maaf karena aku selalu bertindak bodoh. Menulis surat yang tidak tahu untuk siapa. Mempublikasikannya ke khalayak ramai, membuat diri sendiri terlihat bodoh dan so’ puitis.
Terserah, ini terjadi karena aku bingung akan dikemanakan semua yang telah kupikirkan. Seperti kata teman kecilku, Anis. Keluarkanlah apa yang telah kau pikirkan, karena jika tidak, maka ide-ide itu akan membusuk tak berguna di salah satu sudut otakmu. Seram sekali bukan.

Essensi Shadaqah

Hei hei hei, apa kabar? Eh salah, Assalamu’alaikum maksud Esa :D

Wow, Ramadhan datang lagiiii. Alhamdulillah ya kita masih dikasih kesempatan buat ketemu dan berteman dengan bulan penuh pengampunan ini.

Eh, postingan Esa kali ini bakalan tentang Ramadhan lho (hastag alay mode on). InsyaAllah Esa bakal tetep nyari ilmunya biar bisa dishare sama kalian (walau gak tau siapa yang bakal baca blog amatir ini) -,-‘

Ok sekarang Esa bakal cerita tentang SHADAQAH. Ilmu ini Esa terima dari Dr. H. Mad Ali, M.H pada hari Minggu 21 Juni 2015 lalu, bertepatan dengan malam kelima Ramadhan.

Shadaqah adalah memberi sesuatu (baik berupa benda materiil atau non-materiil) kepada oranglain tanpa berharap akan mendapatkan imbalan atau pun pujian dari yang menerimanya.

Kata si bapaknya, bapak ini pernah belanja di Pasar Baru dan disindir oleh salah seorang pemilik toko berdarah Ti*ngkok. Kalau gak salah redaksinya mirip-mirip kayak gini: “Itulah bodohnya orang Islam, masa uang yang capek-capek dikumpulin dan dapat usaha banting tulang susah payah, malah dikasihkan begitu saja pada oranglain”.

Yap, orang itu mungkin belum mengerti makna atau essensi unik dari Shadaqah. Shadaqah itu adalah sebuah proses mutualisme. Yang menerima dan yang memberi akan sama-sama mendapatkan keuntungan.

Eiiits tapi yang memberi tentu akan memiliki keuntungan yang lebih banyak. Yang menerima hanya untung sebatas jumlah yang ia terima, tapi yang memberi justru mendapat 700 kali lipatnya. Allah pernah berfirman yang maknanya, jika seorang hamba men-shadaqah-kan uangnya senilai Rp1000 (misalnya), maka uang tersebut akan dinilai sebagai 1 kebaikan, lalu kebaikan tersebut akan bercabang menjadi 7 kebaikan, dan dari tiap cabang itu akan beranting 100 kebaikan. So, jadi berapa? Shadaqah tersebut akan ternilai sebagai Rp700.000 di mata Allah. Wah, keren gak tuh.

Selain daripada itu, shadaqah nyatanya juga bisa dijadikan media sebagai penghalau bencana. Contohnya suatu ketika ada seorang dosen UPI yang kehilangan putri kesayangannya. Setelah dicari susah payah tapi tetap belum juga ketemu, lantas ada yang menyarankan kepada bapak tersebut untuk men-shadaqahkan sejumlah uang dengan ikhlas. Dengan pertolongan Allah, beberapa saat kemudian bapak tersebut menerima kabar kalau putrinya ditemukan di jalan Tol Pasteur dengan keadaan selamat dan tanpa luka atau trauma.

Shadaqah juga satu-satunya investasi yang abadi lho! Jadi sebenarnya, rizki yang benar-benar Allah limpahkan kepada kita itu ada 3 macam. Apa yang telah kamu makan lantas lenyap menjadi kotoran, apa yang telah kamu pakai lantas menjadi usang, dan apa yang kamu belanjakan di jalan Allah lantas menjadi suatu kebaikan.

Jadi nunggu apalagi? Ayo kita perbanyak shadaqah kita di bulan yang mulia ini. Ok, bye. Wassalamu’alaikum :)