Senin, 22 Juni 2015

Geotrek

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting penentu masa depannya. Menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1), pendidikan adalah: “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara”. 

Di balik definisi tersebut, pada intinya pemerintah dan masyarakat pastilah menginginkan terjalankannya suatu sistem pendidikan yang baik, sehingga akhirnya juga menghasilkan output yang baik pula. Namun pada prosesnya, seringkali pendidikan justru menjadi suatu hal yang dibenci dan dijauhi oleh anak-anak. Setidaknya sampai ini, pendidikan masih saja lekat dengan kesan membosankan, membingungkan, dan teoritis

Menurut Muhibbin Syah (2010: 129) ada tiga faktor yang akan mempengaruhi proses belajar peserta didik, yaitu faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar (approach to learning). Tidak jarang faktor tersebut datang secara bersamaan dalam bentuk negatif dan berdampak pada penurunan mood belajar peserta didik. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan beberapa metode belajar yang lebih modern dan efektif. Salah satu diantaranya adalah diterapkannya metode PAKEM atau pembelajaran yang menekankan suasana kelas yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Saat metode ini diterapkan, posisi pendidik dan peserta didik tidak akan saling kaku dan pasif, kelas akan menjadi lebih hidup dan iklimnya akan membaik. Hingga hasil akhirnya adalah tercetaknya generasi terdidik yang aktif dan bahagia di dalam dunia akademis yang akan mereka jalani bertahun-tahun lamanya. 

Sedangkan pengertian geografi menurut Prof. Bintarto adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan kausal gejala-gejala di permukaan bumi, baik yang bersifat fisik maupun yang menyangkut kehidupan makhluk hidup serta permasalahannya melalui pendekatan keruangan, kelingkungan, dan regional untuk kepentingan program, proses dan keberhasilan pembangunan. Dalam memahami mata pelajaran Geografi, peserta didik diharuskan memiliki pengetahuan keruangan yang cukup kuat, hal itu dikarenakan objek yang dipelajari oleh bidang ini adalah fenomena geosfera, yang mencakup lapisan tanah (lithosfer), lapisan udara (atmosfer), lapisan makhluk hidup (biosfer), lapisan air (hidrosfer) serta lapisan manusia (antroposfer). Kuantitas materi yang banyak dan abstrak membuat mata pelajaran ini terkesan  tidak menarik dan sulit dipahami. Hal itu bisa semakin diperparah jika guru yang mengajarkannya monoton, teoritis, dan tidak memiliki media pembelajaran yang cukup. 

Geotrek merupakan salah satu cara untuk mengatasi masalah pembelajaran membosankan yang dilekatkan pada Mata Pelajaran Geografi. Geotrek secara bahasa berasal dari kata geo (bumi) trekking (berjalan-jalan), atau istilah lainnya adalah suatu kegiatan alam bebas yang bertujuan untuk mengamati keanekaragaman di bumi melalui jalan-jalan santai dan menyenangkan. 

Geotrek memang belum se-kekinian kegiatan flying fox, namun para pelopornya masih tetap berusaha untuk memperkenalkannya kepada masyarakat Indonesia secara lebih luas. Salah satu pelopor tersebut adalah Titi Bachtiar, seorang alumnus Pendidikan Geografi IKIP Bandung. Beliau aktif sebagai anggota Masyarakat Geografi Indonesia dan Kelompok Riset Cekungan Bandung (KRCB), bersama teman-temannya beliau memperkenalkan geotrek sebagai salah satu upaya mengatasi kejenuhan dalam mempelajari geografi. Bukan hanya mengunjungi dan melihat keindahan suatu tempat, tapi geotrek juga berfungsi untuk mengenali suatu tempat dari sudut pandang geografinya. Misalnya saja geotrek mengunjungi Pantai Sawarna yang terletak di perbatasan Kabupaten Sukabumi dan Banten, selain mendapatkan suguhan pemandangan yang luar biasa indah, para peserta geotrek juga bisa mempelajari bagaimana pantai itu bisa terbentuk, batuan apa yang menyusunnya dan apa dampak adanya pantai tersebut bagi penduduk di sekitarnya. Contoh lainnya adalah perjalanan geotrek ke Gunung Tambora, selain keindahan alamnya, peserta geotrek juga bisa dikenalkan mengenai deskripsi fisik Gunung Tambora dan sejarah letusan dahsyatnya 200 tahun yang lalu. 

Dalam lingkup yang lebih luas, aktivitas geotrek juga bisa dipakai sebagai metode untuk mengaplikasikan butir pertama Sumpah Pemuda, yang berbunyi “Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia”. Sumpah itu secara jelas menggambarkan betapa pentingnya kita mempelajari dan mendalami ilmu geografi. Walaupun bukan sebagai seorang ahli, setidaknya kita bisa mengenali alam Indonesia dan menjaganya agar tidak direbut Negara tetangga. Disinilah akhirnya terlihat bahwa geotrek juga mampu menjadi salah satu alat sebagai penguat geostrategi politik Republik Indonesia. Menurut Dr. ganjar M. Ganeswara, M. Pd (2013: 159), geostrategi merupakan suatu strategi dalam memanfaatkan suatu konstelasi geografi Negara dalam menentukan kebijakan dan sarana-sarana untuk mencapai tujuan nasional.
Metode PAKEM dalam geotrek bisa diamati dari karakteristik tercapainya empat indikator dengan baik, yakni indikator mengalami, komunikasi, interaksi dan refleksi. 

Dalam metode PAKEM, peserta didik diharuskan mengalami materi belajar secara langsung. Hal itu sangat baik demi meningkatkan pemahamannya terhadap materi tersebut, cara mengalami yang baik itu bisa diwujudkan dengan pengamatan, percobaan, penyidikan dan wawancara. Karena geotrek merupakan aktivitas yang membutuhkan panca indera secara langsung, maka aspek mengalami ini bisa terkesan lebih mendalam karena terwujud melalui pengalaman berkunjung ke suatu tempat. 

Setelah melakukan geotrek ke suatu tempat, peserta didik juga akan mampu mengkomunikasikan hasil pengamatannya, baik berupa mengemukakan pendapat, presentasi laporan, pemajangan hasil kerja, ataupun ungkap gagasan. Semua aktivitas tersebut akan lebih menarik karena peserta didik mengalaminya secara langsung, sehingga bahasannya akan tersampaikan dengan cukup baik dan antusiasme yang tinggi dari pembicara. 

Interaksi dalam geotrek terwujud melalui diskusi dan tanya jawab mengenai tempat yang telah dikunjungi. Misalnya setelah melakukan geotrek ke Gunung Tambora, pendidik bisa saja melakukan diskusi dan tanya jawab di kelasnya mengenai letusan Tambora pada 11 s.d 12 April 1815 dan bagaiman dampaknya terhadap kehidupan manusia kala itu, serta bagaimana keadaannya saat ini. 

Kepekaan peserta didik terhadap daerah yang dikunjunginya bisa saja didapat dengan kegiatan refleksi, mereka bisa mengemukakan apa saja kekurangan dan kelebihan tempat yang mereka kunjungi. Selain sebagai metode mengembangkan pemikiran yang kritis, hal ini juga dimaksudkan agar peserta didik bisa mengenali Indonesia dari hal yang terkecil sekalipun. Refleksi ini mampu mencetak generasi yang visioner and planner. 

Potensi pengembangan geotrek memang cukup menjanjikan, animo masyarakat terhadapnya juga sangat baik. Sangatlah pantas jika animo itu ditanggapi oleh pemerintah dengan anjuran tersurat agar geotrek dimasukan ke dalam metode pembelajaran Mata Pelajaran Geografi. Selain membuat pembelajaran lebih menarik karena mengandung unsur PAKEM yang menekankan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, geotrek juga mampu meningkatkan jiwa nasionalisme peserta didik. Sudah selayaknya anak-anak kita mengenali Negaranya terlebih dahulu, agar mereka memiliki kecintaan terhadap bangsanya sendiri di era globalisasi yang menghilangkan sekat-sekat dunia ini. 

Tadaaaa, tumben banget ini tangan bisa ngetik serius -,-‘

Tidak ada komentar:

Posting Komentar