Selasa, 17 Mei 2016
11 Oktober
Tatkala aku jatuh cinta sendiri, dan orang yang aku cintai itu tak memberi aku kesempatan untuk bicara tentang perasaanku, hanya rasa kasih yang tulus sebagai sahabat yang ia berikan padaku.
Tak lebih, dan kumengerti itu.
Tapi bukankah cinta itu tak slalu saling memiliki? Itu pasti.
Sebab banyak sudah pengalaman yang sudah kualami dan kujalani ternyata kasih sebelah tangan itu menyakitkan, dan ku tak ingin mengulangnya kembali bahkan dalam mimpipun rasanya ku tak mau.
15 Agustus 2003
Kasih yang tak pernah putus
Sebelas tahun yang lalu kita berjumpa dan saling mengenal.
Tak lama, kita pun jadian, kau seorang brutal yang sangat menakutkan dan aku hanyalah wanita biasa yang tak punya banyak masalah, namun malangnya nasibku karena berpisah denganmu.
Tanpa ada kata putus kitapun menempuh jalan masing-masing. Tapi di hati kita memang selalu ada kenangan bersama, dan aku tahu itu dari tatapan matamu yang selalu kulihat di kala kita bertemu.
Memang jaraklah yang memisahkan kita, hingga kita saling berusaha untuk menjauh, walau di hati kita memang masih ada rasa dan cinta.....
Mungkin ini yang terbaik bagi kita.
(Untukmu, Ras. Tidurlah dalam damai dengan cintaku)
Senin, 16 Mei 2016
Andai...
Andai kita bisa membaca pikiran orang yang kita sayang, atau pikiran kita bisa terbaca orang yang kita sayang. Mungkin semua akan lebih mudah, tidak akan ada lagi omong kosong yang harus terlontar ke dunia. Ah iya, dunia mungkin juga sudah sangat bosan mendengar rayuan cinta dari segala zaman, jadi bisakah kita bercengkrama melalui tatapan mata yang tulus saja?
Andai iya, mungkin takkan pernah ada lagi sosok sepertiku dan dia, yang secara diam-diam mengisi blog-nya dengan puisi-puisi kerinduan yang tak terucap, puisi yang tercekat di kerongkongan dan tak berkesempatan untuk tersampaikan.
Andai....
Untuk Diriku di Masa Depan
Diriku....
beberapa jam, hari, bulan, atau tahun yang akan datang.
beberapa jam, hari, bulan, atau tahun yang akan datang.
Jadilah kau manusia yang bermanfaat bagi sesama, yang tulus membagi tawa, yang mendamaikan salah satu Adam yang tlah ditakdirkan Tuhan untuk menghabiskan hidup bersamanya.
Diriku....
beberapa jam, hari, bulan, atau tahun yang akan datang.
beberapa jam, hari, bulan, atau tahun yang akan datang.
Jadilah kau manusia yang tidak membenci hidupnya, yang bersyukur, yang akan bangkit saat terjatuh, yang kuat menopang semangat keluarga kecilnya.
Terlalu Peka pada Karakter
Jangan terlalu peka pada karakter orang-orang di sekitarmu, itupun kalau hatimu tidak mau menyakiti atau tersakiti.
....awas terlalu mengenal karakter yang buruk, nanti kau membenci, lantas menyebar luaskan keburukan karakter itu ke khalayak ramai. Awas menyakiti,
....awas pula terlalu mengenal karakter yang baik nan istimewa, nanti kamu suka, urusan akan jadi rumit, apalagi kalau ora g itu tidak memiliki perasaan yang sama. Awas tersakiti.
Ah dunia, elegi yang menggelikan.
Pesan Cermin
Gadis kecil....
Kalau ingin menghilang, menghilanglah sekalian. Jangan ragu akan sebuah keputusan yang telah kau teriakkan di depan dunia, itu buruk, hanya akan menurunkan rasa percaya mereka kepadamu.
Kalau ingin menghilang, menghilanglah sekalian. Jangan ragu akan sebuah keputusan yang telah kau teriakkan di depan dunia, itu buruk, hanya akan menurunkan rasa percaya mereka kepadamu.
Gadis kecil....
Belajarlah untuk terbiasa dengan skenario merah jambu khas remaja-remaja labil. Skenario antara suka, benci, serta rasa lainnya yang bercampur memaniskan dan memahitkan hidup. Jadilah aktris yang elegan, yang bertahan dengan prinsip dan keanggunannya.
Belajarlah untuk terbiasa dengan skenario merah jambu khas remaja-remaja labil. Skenario antara suka, benci, serta rasa lainnya yang bercampur memaniskan dan memahitkan hidup. Jadilah aktris yang elegan, yang bertahan dengan prinsip dan keanggunannya.
Gadis kecil....
Kembalilah ke kamarmu, lanjutkan mimpi kemarin. Tutup telinga, lupakan skenario merah jambu yang belum mampu kau mengerti. Lupakan saja dia.
Kembalilah ke kamarmu, lanjutkan mimpi kemarin. Tutup telinga, lupakan skenario merah jambu yang belum mampu kau mengerti. Lupakan saja dia.
Tertanda, aku.
Minggu, 15 Mei 2016
Surat untuk Kakak,
Aku tidak tahu bagaimana rasanya kehilangan seorang ibu, tapi pasti sangat menyakitkan. Aku pernah merasa kehilangan seorang kakek, dan itu memang menyakitkan, jadi bisa kubayangkan bagaimana ditinggal ibu.
Dat, menangislah sepuas hati, di hadapan atau tidak di hadapan mereka. Bersedihlah sampai air matamu perlahan mengering. Jatuhlah untuk beristirahat dan mengenang.
Pagi yang tidak mudah ditebak, padahal beberapa menit yang lalu langit dengan rendah hatinya menampilkan opera awan yang mempesona. Tapi dengan kecepatan sepersekian detik kemudian, mendung turun membingkai kabut di relung hati kita.
Ah iya, semoga rasa sedih dan kehilangan tidak akan menjebakmu terlalu lama. Berbahagia dan berbaik budilah kemudian, dat. Berbaktilah kepada ibu dengan cara lain, menjadi mulialah kemudian, agar cahaya kemuliaan itu juga turut terpancar ke rumah baru beliau. Jadi kuatlah kemudian, jadi tegarlah untuk ayah.
Maaf, kami hanya bisa merangkulmu dengan cara seperti ini. Berbahagialah kak, jangan buat kami sedih karena kehilangan sosokmu yang dulu. Tersenyumlah.
Salam, adik-adikmu.
Gardajita Gaota Sadara,
Gardajita Gaota Sadara,
Sabtu, 14 Mei 2016
Wacana Negeri
Mahasiswa itu harusnya berkarya, sesuai atau tidak sesuai dengan bidang yang tengah ia pelajari. Tapi itu katanya, kata mereka, kata orang-orang bijak.
Dan aku masih bingung dengan pikiranku sendiri, apa yang sudah aku sumbangkan kepada negeri ini?
Ah iya, itu yang seharusnya kita semua tanyakan pada diri kita. Tentang sebuah kewajiban yang sering ditutupi hak. Tentang pengorbanan yang sering terlupakan ego.
Perjodohan yang Ia Kehendaki
Jodoh dan perjodohan yang diskenariokan Tuhan itu unik. Bisa jadi kita berjodoh dengan orang yang tinggal di tempat yang jauh, berbeda pulau bahkan benua. Atau, bisa jadi sangat dekat, depan rumah misalnya (?)
....tapi perjodohan yang indah adalah perjodohan yang Ia kehendaki, yang terhalang hijab namun terbingkai mutiara hikmah.
Ah sial, aku hanya pandai bercuap, belum bisa menerapkannya ke dalam sendi-sendi kehidupanku.
Ah iya, sudahlah.
Rabu, 04 Mei 2016
Proposal Cinta Untuk Tulang Rusuk
Terinspirasi
dari Si Jeruk Nipis dan satu orang lainnya, yang sedang berusaha membuat
proposal untuk diserahkan kepada dua wanita yang mereka anggap layak.Iya,
wanita yang seperti itu.
Aih,
tanganku jadi gatal untuk menulis, tentang sebuah proposal cinta yang nantinya
akan kuserahkan kepada seseorang yang layak pula. Biar, tidak apa-apa kalau
harus aku yang meminta, toh aku sadar diri kalau tidak lebih baik dibandingkan
sosok seperti itu.
Oke,
ayo kita mulai.
Proposal Cinta untuk Kekasihku, atas dasar cinta dari-Nya.
Selamat
malam, pagi, siang, atau mungkin senja. Selamat membaca tulisan aneh dari
seorang sarjana Universitas Utrecht, selamat mengenali gadis yang banyak
memiliki noda di kanvas kehidupannya ini.
Salam
kenal, atau mungkin kita sudah kenal? Ah iya, anggap saja belum. Karena sampai
tulisan ini diposting, aku belum tahu siapa dan dimana kau berada, aku juga
belum tahu siapa namamu. Jadi biarkan saja, anggap saat menulis surat ini aku
tidak mengenalmu.
Ah
iya, aku perkenalkan sosok yang dengan tidak tahu malu menulis proposal ini
untukmu. Namanya Lutvia Resta Setyawati, seorang manusia, wanita, dan barusan
habis minum dari gelas plastik warna hijau.
Aku
lahir di Sukabumi, bukan di Bandung atau di Malang. Tepatnya di rumah tanpa
jendela, di Parungkuda sana. Berbicara tentang rumah, rumahku memang unik. Ada
satu sudut yang sengaja ayah siapkan tanpa jendela, biar anak-anaknya tidak
kekurangan sinar matahari, biar kita sadar dunia ini luas, mungkin.
Aku
merantau, tidak sengaja, soalnya harus kuliah di Kota Kembang, kalau
bolak-balik ke Sukabumi nanti capek, nanti bangkrut. Merantaunya di Bandung, di
Negla Tengah, kosannya deket sekretariat Jantera (Perhimpunan Pecinta Alam
Geografi UPI). Itu juga yang jadi alasan kuat kenapa aku selalu senang keluar
malam, tapi tenang, aku bukan cewek nakal, gak ada yang ngajarin.
Aku
lahir di bulan Februari, tanggal 26, tahun 1996. Masih 'bodoh' ketika menulis
surat ini, apalagi soal cinta, kata orang sih, tapi aku gak percaya, eh
terserah mereka deh.
Kuliahnya
di UPI, Universitas Pendidikan punya Indonesia, Departemen Pendidikan Geografi,
2014. Lalu lanjut studi ke Belanda, ke Utrecht University. Walaupun pas nulis
proposal ini aku masih di UPI, semoga pas kamu baca aku udah lulus dari Utrecht
ya.
Ah
iya, aku senang menulis, tentang apapun, apalagi tentang kamu dan dia-dia yang
sempat singgah di hati. Maklum, aku masih remaja, yang alay, dan senang nulis
puisi.
(to
be continue…)
Aku bosan, kuliahnya gak jadi terus. Nanti aku lanjut kalau udah inget jalan ceritanya ya :)
Selasa, 03 Mei 2016
Ada Hantu di Rumahku
Teruntuk saudara dan temanku, aku pikir kalian akan marah jika tau apa maksud tulisan yang kubuat di tengah pagi (menuju jam kuliah) ini.
Maaf, tapi aku hanya takut hantu itu menggentayangi kalian dengan menyeramkan. Aku takut dia puas, lantas mencari mangsa baru untuk ditakuti.
Ah iya, ada hantu di rumahku. Kuharap ayah akan melindungi kami dari hantu itu. Melindungi putra-putrinya dari kejahilan si hantu yang seringkali tidak berhati di tengah malam yang sunyi.
Minggu, 01 Mei 2016
...berikan dia Permen Bulan Mei
"Dalam banyak kasus merah jambu, di rumah kita, pihak perempuan adalah tersangka utama yang layak mendapat hukuman".
Dalam hati aku tersenyum, berharap tidak pernah mengerti. Namun sayang, sekarang aku mengerti semua makna yang tersirat dalam kata-kata itu.
Ah iya, ini Mei. Bulan baru, hidup baru, tapi puisi yang klise.
Aku rindu, sedikit, eh banyak.
Datanglah pada gadis kecil ini, berikan dia Permen Bulan Mei yang manis. Tapi jangan biang gula, nanti dia sakit lagi.
Datanglah pada gadis kecil ini, berikan dia Permen Bulan Mei yang manis. Tapi jangan biang gula, nanti dia sakit lagi.
Sekian.
Sabtu, 30 April 2016
Anak Kecil yang Kekanak-kanakan
Caci saja aku yang tidak tahu malu ini, caci saja anak kecil yang sedang belajar cinta pada raksasa merah jambu ini. Caci saja, aku juga tidak akan peduli.
Hei kau yang barusan kudengar lagi cela sikapnya. Aku bisa apa jika rasa rindu kepadamu ternyata lebih besar dari rasa benciku. Aku bisa apa selain harus menyerah menjadi pecundang lugu tak berasio.
Ah sial, mereka benar. Aku anak kecil yang kekanak-kanakan.
Menghadapi Para Penggosip
Vonis baik atau buruk yang diberikan oleh orang-orang terhadap kita, merupakan interpretasi dari apa yang mereka tangkap secara audio dan visual terhadap semua kelakukan kita. Mereka tidak melihat niat atau latar belakang, mereka melihat aksi. dan hal itu yang jelas-jelas selalu mengakibatkan kesalahpahaman.
Kita masih bisa hidup tanpa dukungan dari mereka, memang. Tapi tidak akan ada hidup tenang jika kita masih berada di bawah bayangan skeptisme memuakkan yang telah mereka ciptakan.
Lalu kita harus apa?
Selama masih bisa memperbaiki imej kita di hadapan mereka, menurutku ya kita berarti memiliki kewajiban untuk menjelaskan. Carilah wakktu yang tepat untuk bicara, dari hati ke hati. Jangan satu lawan banyakan, nanti kamu dikeroyok. Kamu dekati saja satu per satu, dengan pendekatan yang sangat halus sampai mereka tidak sadar kalau kamu memiliki misi khusus.
Penjelasan yang baik akan memperbaiki hubungan. Sedikit demi sedikit, walau lama tapi setidaknya kamu memiliki niat yang baik untuk melepaskan seseorang dari prasangka buruk dan dosa-dosa yang akan muncul selanjutnya.
Selamat mencoba :)
Jumat, 29 April 2016
Bunga Putih
Aku mengenal seseorang, yang namanya berasal dari Bahasa Arab, yang kalau diartikan berarti sebuah bunga yang berwarna putih. Dia gadis yang cantik, polos, dan semua orang mengakui hal tersebut. Dia adalah teman sekelas kami di kampus, teman yang bisa diajak ngobrol_apalagi kalau soal 'abang' dan jodoh.
Dia yang disukai oleh salah satu saudaraku! Dia yang ternyata lebih beruntung dari ratu katak, dia yang meratui hati si dingin.
Ah ternyata tidak hanya saudaraku, saudaranya dan saudara mereka juga suka. Beruntung....
(Tapi kamu jangan percaya, aku juga tidak yakin)
(Tapi kamu jangan percaya, aku juga tidak yakin)
Rabu, 27 April 2016
Surat Cinta untuk Suamiku
Selamat malam, walau ini terlalu malam.
Selamat pagi, walau juga terlalu pagi.
Salam kenal, namaku aku, yang merindukan kehadiranmu semenjak lama. Aku yang sedang berselancar di dunia maya, dan berharap bisa memberi sedikit manfaat kepada umat manusia kebanyakan. Aku yang penuh dosa dan masih didekap erat oleh rasa malas dan keborosan. Aku yang kotor karena senantiasa terjerumus pada kesalahan yang sama.
Kau peneduh jiwa,
Maafkan kelancanganku yang tengah berpikir keras ini, mungkinkah suatu hari nanti kita akan sama-sama terjaga di sepertiga malam dan memujanya dengan shalawat yang senada?
Mungkinkah waktu seperti ini juga yang akan kita jadikan saat yang tepat untuk sama-sama memadu kasih dengan-Nya?
Semoga, semoga Allah mengijinkanku mendapatkan sosok berhati bersih seperti itu. Atau setidaknya semoga Dia meridhoi kita untuk berjalan beriringan dalam berhijrah. Semoga.
Kau peneduh jiwa,
Tolong ampuni aku dan semua masa laluku. Ampuni aku yang pernah mencintai pria lain.
Ampuni pula, barangkali esok malah berpuisi kepada pria itu.
Surat untuk Anakku
(mungkin efek nonton youtube soal bayi :)
Teruntuk anakku sayang, yang mungkin akan membaca surat kecil ini dari masa depan.
Kamu sedang apa saat ini nak? Apa sedang menyaksikan kelakuan ibumu dari alam ruh sana? Maaf, kau pasti kecewa karena melihat semua kemalasanku dalam menjalani hidup. Aku memang belum menjadi sosok manusia baik yang bisa kau ikuti semua caranya dalam menjalani hidup. Aku bahkan masih sangat kotor untuk saat ini, nak.
Nak, aku punya sebuah cerita untukmu. Tentang seorang pria yang pernah singgah di kehidupanku sebagai seorang pujangga tanggung. Tidak berpuisi dengan kata, tapi dengan sikap.
Nak, tapi sayangnya aku juga tengah terjatuh. Karena pujangga tanggung itu, eh bukan! Karena diriku sendiri....
Nak, jika kau seorang lelaki, maka jadilah pria. Yang melindungi hati wanita seperti kau akan melindungi hati ibumu sendiri, Jangan buat mereka sakit hanya karena salah menafsirkan segala tindak tandukmu. Tundukkanlah pandanganmu, biarkan hanya Allah yang menjadi pemandangan wajibmu untuk setiap harinya. Sucikanlah dirimu setiap hari dengan belajar ikhlas dan memohon ampun.
Namun jika kau seorang perempuan, maka jadilah wanita. Yang juga suci hatinya, yang tidak meliarkan dirinya di padang perzinahan (sekecil apapun itu). Nak, jangan juga jadi manusia yang rapuh hatinya, sehingga sangat mudah mencinta dan menjadi pecinta. Jangan nak, tetaplah jaga pandangan dan hatimu hanya untuk satu orang yang telah Allah siapkan dalam Lauhul Mahfudz kehidupanmu.
Anakku, pun jadilah manusia yang ikhlas dan selalu berpikiran positif, jangan terjangkiti virus patologi sosial. Nanti kamu sakit sendiri.
Nak, jangan melihat orang dari satu sisi lantas memvonisnya begitu saja tanpa pertimbangan yang matang.
Jangan merasa tersakiti, nanti senang mengghibah.
Jangan merasa dikhianati, nanti membenci.
Jangan merasa gadis, nanti mudah jatuh cinta.
Bacalah ini dengan lisan dan hatimu, nak.
Entah kapanpun itu.
Salam perkenalan, dari ibumu yang sedang menemani kakaknya main CS :D
26 April 2016, 02.26 WIB.
.... dan pesan yang tidak terucap pagi ini, "hati-hati di jalan, kak".
Senin, 25 April 2016
Jumat, 22 April 2016
Gadis dengan Pipi Merona
Sini kuceritakan tentang sebuah kisah, mengenai gadis cantik nan riang berpipi merona. Namanya dia, yang senang bergurau dan polos.
Dia yang mencintai pria yang ternyata malah sedang mencintai oranglain juga.
Dia yang tidak bisa kuceritakan tentang semua itu.
Dia yang tidak bisa kuceritakan tentang semua itu.
Iya, dia.
Dia yang memiliki harapan untuk kembali. Ah iya, sini kuberitahu. Sebenarnya pria itu adalah mantan pujaan hatinya, mereka berpisah beberapa waktu lalu karena satu hal yang tidak bisa aku mengerti.
Kemudian dia memang selalu memiliki harapan untuk kembali.
Dia yang selalu merasa senang ketika ada di dekat pria itu, tapi si pria tidak.
Dia yang selalu merasa senang ketika ada di dekat pria itu, tapi si pria tidak.
Dan jahatnya, aku tau siapa wanita yang sedang diinginkan oleh si pria. Dan teganya, aku terpaksa mendengar rahasia kedua orang itu.
Iya, dia.
Dia yang sangat ingin kuceritakan tentang semuanya, tapi tidak mungkin.
(Maafkan ketidakjelasan tulisan ini, aku sedang kacau)
Tidak Berguna.
Terkadang aku merasa sangat ingin membencimu, tapi tak pernah bisa.
Kau bagai racun yang sudah kepalang mengendap di sela-sela otakku.
Menanamkan kepercayaan yang terlampau besar hingga aku lemah.
Kau bagai racun yang sudah kepalang mengendap di sela-sela otakku.
Menanamkan kepercayaan yang terlampau besar hingga aku lemah.
Tapi tenang, aku tidak akan lagi sebodoh kemarin, tidak akan lagi kutunjukkan semuanya di depanmu.
Tidak berguna.
Tidak berguna.
Kamis, 21 April 2016
Rabu, 20 April 2016
Senin, 18 April 2016
Jumat, 15 April 2016
Raja dan Hareem Tiaranya
Perhatikan dengan seksama setiap jiwa yang membutuhkan tangan halus dan tangan besimu.
Kesampingkan semua ego dan kecintaanmu terhadap tiara.
Jangan jadikan istana megahmu sebagai hareem abstrak yang haus cinta dan bergelimang emosi merah yang kabur.
Jangan jadikan kami sebagai penonton yang kemudian memuntahkan semua tontonannya karena kecewa.
Lantas jangan jadikan tiara-tiara itu sebagai penghias yang layak kau banggakan di hadapan raja yang lain.
Karena seorang raja memang tidak layak memamerkan tiara-tiaranya bukan?
Mereka hanya layak memiliki dan menjaganya dengan baik, bahkan kalau perlu hingga seisi dunia tidak pernah tahu seberapa banyak tiara yang mereka miliki.
Kesampingkan semua ego dan kecintaanmu terhadap tiara.
Jangan jadikan istana megahmu sebagai hareem abstrak yang haus cinta dan bergelimang emosi merah yang kabur.
Jangan jadikan kami sebagai penonton yang kemudian memuntahkan semua tontonannya karena kecewa.
Lantas jangan jadikan tiara-tiara itu sebagai penghias yang layak kau banggakan di hadapan raja yang lain.
Karena seorang raja memang tidak layak memamerkan tiara-tiaranya bukan?
Mereka hanya layak memiliki dan menjaganya dengan baik, bahkan kalau perlu hingga seisi dunia tidak pernah tahu seberapa banyak tiara yang mereka miliki.
Aduh Raja yang terpleset di lembah Jayagiri, lipatlah kedua lenganmu di dada lantas senandungkan lagu sederhana di setiap pelosok negeri.
Jangan tampakkan untaian tiaramu dengan tenang, nanti kau bisa mati karena keangkuhan.
Jangan tampakkan untaian tiaramu dengan tenang, nanti kau bisa mati karena keangkuhan.
Langganan:
Postingan (Atom)