Sabtu, 23 Januari 2016

Kakak Februari

Untuk kakak yang lahir tepat satu tahun sebelumku,
Aku senang kau selalu ada
Hingga banyak hal aneh yang bisa tercipta
Setiap hari, hingga membuatku senang bergantung kepadamu

Kau kakak yang selalu mengusap jahil kepalaku, meledek puas kelemotanku, dan mengajariku beberapa hal tentang vertical activities

Kau kakak yang kemarin menjemputku di KBP dalam keadaan 'bodoh'
Kau, aku selalu senang memujimu. Padahal itu terlarang
Aku sebenarnya takut, bersikap tidak ptofesional dan meminta lebih
Tapi semua terjadi begitu saja

Ya, aku sangat sangat sangat menyayangimu
Jangan pergi, jangan pernah
Kau salah satu alasan terkuatku untuk belajar main kernmantel
Jangan pundung, jangan pernah. Aku hanya bercanda
Jika kau tidak suka dengan kata-kata ini, abaikan dan lupakan

Hanya, jangan berubah
Apalagi jadi superman
Nanti banyak fans-nya
Nanti kamu sibuk
Nanti aku sedih

(Hening, H5 Diklatsar 35)
SDN Pasirlangu, pukul 0:57 WIB

Rabu, 20 Januari 2016

Kau dan Novel Lama

Pagi yang cukup cerah, sampai pakaian basah juga tidak akan bau apek karena sudah dipastikan kering hari ini juga.

Pagi yang dimulai dengan kekagetan, lantas setengah jam setelahnya harus sudah di kampus untuk menyiapkan upacara pelepasan Siswa Diklatsar Jantera 35.

Pagi dimana aku mulai mengingat lagi sesuatu yang diragukan: perasaan ingin dan tidak ingin terhadapmu, perasaan hambar yang bisa dengan seketika jadi manis atau pahit. Iya, perasaan itu.

Kau, seperti novel lama yang kutemukan di sebuah gedung tua, dipenuhi aroma nostalgia yang memabukkan.

Jangan salah paham, novel lama tidak pernah seburuk yang mereka pikirkan. Maksudku, novel lama tetap menjadi salah satu hal paling istimewa yang aku sukai. Dia menyimpan aroma pekat bermakna kesederhanaan dan inner beauty.

Namun sayang, karena memabukkan, kau membuatku semakin ingin membuka setiap lembarnya. Menghirupnya dalam-dalam hingga bahagia dan kegirangan.

Ok jadi masalahnya ada dimana? Masalahnya adalah: saat aku menghabiskan hariku dengan menghirupnya, maka aroma itu perlahan akan menguap ke udara. Dan kau hanya akan jadi sesuatu yang familiar, sesuatu yang perlahan akan aku acuhkan, dan aku tidak ingin demikian. Maka jangan heran jika nanti aku membuka lembar itu dengan plin-plan, bukan karena aku pehul atau lemot 😐 hanya tidak ingin kehilangan sensasinya. Ya, aku tidak ingin kehilangan novel lama, apalagi kehilanganmu.

Senin, 18 Januari 2016

Perhatikan Ini

Kejadian akhir-akhir ini terasa sedikit menyesakkan, juga sedikit menaikkan frekuensi detak jantung.

Yang sedikit teringat: tentang manual chatting itu, atau tentang pagi dimana aku dengan bodoh melakukan hal yang selalu Angin lakukan kepada semak belukar.

Tapi kamu tenang saja, aku sudah bisa dan biasa mengontrol diri. Aku bukan anak baru, bahkan sudah akan menjadi seorang kakak (tawa jahat).

Sudah, begitu saja.
Dariku yang sedang mengerjai kalkir lucu ini 😅

Jumat, 15 Januari 2016

Wanita Ketiga

Wanita Ketiga adalah dia yang datang di tengah hubungan sepasang kekasih yang tengah retak, dengan sengaja ataupun tidak, untuk merebut ataupun bukan.

Wanita Ketiga selalu dipandang sebagai wanita yang kurang baik, bahkan terkesan jahat (secantik dan selugu bagaimanapun wajahnya, ia masih terpanggil sebagai nenek sihir tak berhati).

Kalau aku pikir-pikir: mencintai siapapun adalah hak semua wanita, tidak peduli pada pria beristri sekalipun. Cinta adalah salah satu hal yang tak bisa dikontrol kepada siapa dia akan berlabuh.

Bahkan beberapa wanita masih setia mencintai cinta pertamanya, walau pria itu telah memiliki istri dan anak sekalipun. Seperti Mama!

Lantas siapa yang harus tersalahkan saat Wanita Ketiga secara tidak sadar jatuh hati pada suami sahabatnya sendiri?

Menurutku, kita juga sebenarnya tidak berhak marah akan perasaan itu. Namun jika Wanita Ketiga telah melanggar norma ke-nurani-an, maka rasa marah itu akan terkesan wajar dan harus dilakukan (?) Ok, aku tidak ingin mendebat hal itu.

Hanya saja, aku memang ingin kita semua melihat sisi baik wanita ketiga. Bukan karena aku ingin jadi wanita ketiga, tapi aku hanya ingin kita menempatkan diri sebagai seorang manusia (juga sebagai seorang wanita).

Tidak ada yang salah dengan cinta, semua orang berhak mencintai siapapun yang dia mau, dengan status apapun. Begitu saja.

Selasa, 05 Januari 2016

Desember yang Indah

Tadi aku sedikit curhat pada temanku, mengatakan sesuatu yang belum aku yakini_tentang sisa Desember yang menyenangkan, sedikit tentangnya.

Tapi sekali aku tersadar, semua ini sudah seperti drama yang kuciptakan sendiri. Menyebalkan!

Sisa Desember yang kuhabiskan dengan mengasuh si bungsu, terasa sedikit menyenangkan karena diwarnai jalan-jalan seru untuk melihat opera alam. Entah sekedar ikut ngerepotin latihan fisik, nyebur di kolam renang, sok dewasa dengan pura-pura mengetes orang, nonton opera pinus dan cahaya di Jayagiri, serta bercengkrama dengan daun di tengah kabut Puncak Burangrang.

Iya, Desember ini sangat menyenangkan.

Detik yang berlalu memang tidak bisa ditarik, penyesalan yang terasa juga tidak bisa ditebus. Maka, terima kasih Tuhan. Aku bersyukur atas penghujung bulan indah ini 😘

Iya, sepertinya aku memang pehul :(

Tentang kamu, dari permukaan hati yang teratas.

Bodoh, kata yang ingin kuteriakan saat dengan sedikit sengaja aku melemparkan diri kepadamu 😔 Katakan ini gila, memang. Bilang saja aku pehul, iya. Maaf karena telah melempar sedikit debu di atas nama indahmu.

Tadi aku tidak sepenuhnya sengaja, aku hanya ingin berlindung di bawah ketiakmu. Aku sedikit takut pada berandal-berandal warung itu. Makanya menyuruhmu untuk berjalan sedikit lambat. Untung saja mereka tidak ada 😮 (wajah datar)

Sial, aku benar-benar terkena teori labelling dan berubah jadi sosok yang leumpeung. Cap yang mereka berikan secara tidak sengaja terus menempel, dan aku yang kalah.

Panggil aku pehul, saat benar-benar keterlaluan. Panggil pula begitu, saat secara tidak sengaja menyukaimu (?)

Ternyata hipotesisku keliru, aku tidak benar-benar meninggalkanmu di sisa Desember. Kau ternyata masih terbawa hingga ke awal Januari. Sini, biar kubuktikan bahwa kau tidak akan bertahan hingga H-1 hari ulangtahunku. Kau pasti akan tertinggal, lagi.

Ah iya, sepertinya aku memang pehul. Maka maafkan perkataan yang racau ini. Maaf karena telah berpikir di luar yang seharusnya. Aku kalah, selamat H-52 hari ulangtahun yah 😜

Lalalalalalalalala

Aku benar-benar kehilangan akal, dan itu semua rasanya menyebalkan. Mengakui sesuatu yang belum diyakini memang sangat menyebalkan.

Entah, sedikit cerita tentangmu memang nampak rumit. Dan mungkin hanya Tuhan dan akulah yang mengerti. Kau jangan, nanti pusing. Biar aku saja.

(22.19 WIB, 4 Januari 2016)

Dampak Teori Labelling

Mereka bilang aku sedikit lemot. Aih yang benar saja, mereka bahkan mungkin tidak tahu kalau aku pernah jadi Juara Nasi*nal KSM Geografi 2013. Terserah, iya iya aku tahu itu masa lalu. Kejayaan masa lalu, sudah lama kutinggalkan.

Hanya saja teori labelling merupakan salah satu cara ampuh untuk mengubah seseorang untuk menjadi looser atau winner. Iya benar. Mungkin hal itu juga yang menunjukan bahwa 'perkataan adalah doa' memang benar.

Terserah, tapi kalian memang harus percaya. Sebagian besar manusia memang hidup di bawah bayangan pradigma orang-orang di sekitarnya. Seorang winner akan menang saat orang-orang di sekitarnya mempercayai dan meyakini kemampuannya. Dan seorang looser kemungkinan kalah karena kata-kata orang di sekitarnya.

Sekian,
Kosan Negla Bapak Ohing

Senin, 4 Januari 2016
Pukul 21.45 WIB