Rabu, 20 Januari 2016

Kau dan Novel Lama

Pagi yang cukup cerah, sampai pakaian basah juga tidak akan bau apek karena sudah dipastikan kering hari ini juga.

Pagi yang dimulai dengan kekagetan, lantas setengah jam setelahnya harus sudah di kampus untuk menyiapkan upacara pelepasan Siswa Diklatsar Jantera 35.

Pagi dimana aku mulai mengingat lagi sesuatu yang diragukan: perasaan ingin dan tidak ingin terhadapmu, perasaan hambar yang bisa dengan seketika jadi manis atau pahit. Iya, perasaan itu.

Kau, seperti novel lama yang kutemukan di sebuah gedung tua, dipenuhi aroma nostalgia yang memabukkan.

Jangan salah paham, novel lama tidak pernah seburuk yang mereka pikirkan. Maksudku, novel lama tetap menjadi salah satu hal paling istimewa yang aku sukai. Dia menyimpan aroma pekat bermakna kesederhanaan dan inner beauty.

Namun sayang, karena memabukkan, kau membuatku semakin ingin membuka setiap lembarnya. Menghirupnya dalam-dalam hingga bahagia dan kegirangan.

Ok jadi masalahnya ada dimana? Masalahnya adalah: saat aku menghabiskan hariku dengan menghirupnya, maka aroma itu perlahan akan menguap ke udara. Dan kau hanya akan jadi sesuatu yang familiar, sesuatu yang perlahan akan aku acuhkan, dan aku tidak ingin demikian. Maka jangan heran jika nanti aku membuka lembar itu dengan plin-plan, bukan karena aku pehul atau lemot 😐 hanya tidak ingin kehilangan sensasinya. Ya, aku tidak ingin kehilangan novel lama, apalagi kehilanganmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar