Dia adalah anak pertama
dari tiga bersaudara. Ibunya hanya mengurusi rumah tangga kala itu, sedangkan
ayahnya adalah salah seorang produsen makanan tertentu. Dia, adalah seorang
wanita, yang tangguh dan berani.
Wanita itu memiliki kisah
hidup yang tidak terlalu indah. Ya, kedua orangtuanya bercerai karena masalah
orang ketiga, ayahnya menikah lagi ! Tanpa sepengetahuan ibunya, tapi justru
dengan restu dari nenek yang selama ini tinggal di atas atap yang sama dengan
mereka.
Tuhan mungkin tengah
menguji keluarganya, tapi ternyata ujian itu terlalu berat untuk dijalani.
Hingga akhirnya dia dan kedua adiknya hidup harus tanpa keluarga yang lengkap,
ayah dan ibu yang jauh. Antara Pelabuhanratu, Parungkuda dan Jeddah.
Masa kecil yang suram
ternyata tidak cukup Tuhan beri untuk mengujinya. Beranjak dewasa, dengan
terpaksa dia harus menikah dengan seorang lelaki kasar yang tidak dicintainya.
Hancur ? Pasti, apalagi saat itu dia memiliki cinta pertama yang tidak mungkin
ditinggalkan begitu saja.
Pernikahanpun digelar,
cinta pertamanya datang memberikan selamat dengan aroma alkohol yang kuat di
sela-sela ucapannya. Tuhan memang benar-benar mencintainya, kehidupan
pernikahan juga berjalan dengan tidak mulus. Hampir sama dengan orangtuanya ?
Tidak, ini lebih parah.
Suami wanita itu ternyata
orang yang benar kasar, main pukul dan main perempuan. Hari-hari berat dia
jalani dengan merawat dua buah hatinya. Sesekali ia menangis, merangkai
kata-kata rindu pada cinta pertama yang tiada (ternyata tak lama kemudian
setelah pernikahannya, laki-laki itu jatuh sakit dan meninggal dunia).
Malam dan kesunyian adalah
sahabat sejati yang cukup baik dan setia. Senandungnya mengiramakan melodi hati
yang tak terungkap. Lembaran cerita kehidupan itu perlahan menumpuk menjadi
satu bundel penuh perih. Suatu waktu bahkan ia melukai dirinya sendiri, hanya
untuk menggoreskan sedikit noda merah pada lembar yang suci itu.
Setiap harinya ia berusaha
belajar tertawa se-natural mungkin. Bukan karena kesenangan yang dikecap, hanya
demi buah hati yang ia cintai. Ya, lantunan manjanya kepada Tuhan hanya berisi
tentang permohonan bahagia untuk peri-peri kecil itu !
Kini waktu tengah berbaik
hati kepadanya, peri-peri kecil itu mulai tumbuh dewasa. Bahkan mereka tumbuh
dengan spesialisasinya masing-masing. Mereka pencipta ! Tulisan sederhana,
gaun-gaun menawan, animasi lucu, dan entah apalagi kejutan Tuhan yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar