Minggu, 29 November 2015

Homesick dan Keluarga Dingin

Fenomena 'indekos' memang sudah tidak aneh lagi di kalangan mahasiswa. Hal itu biasanya dilakukan saat jarak antara rumah dan kampus tidak bisa dijalani secara pulang pergi (komuter). Atau bisa juga dipilih sebagai alternatif untuk mempermudah mobilitas perkampusan.

Bagiku, ngekos juga merupakan salah satu cara untuk melatih kemandirian. Jauh dari orangtua, keluarga, dan teman rumah membuat mahasiswa mau tidak mau harus mencari keluarga dan teman baru di sekitar kampus (asal jangan cari orangtua baru aja) 😐😓

Karena terlepas dari pengawasan orangtua, indekos juga menawarkan sebuah 'kebebasan', dan aku sadari bahwa kontrol diri sangat diperlukan agar kita masih berada di koridor yang benar tanpa mengkhianati kepercayaan orangtua. Jujur, awalnya aku sangat menikmati kebebasan itu (menikmati masa dimana jauh dari orangtua memang memperluas gerakan dalam bermain dan berorganisasi). Tapi indekos juga sebenarnya tidak terlalu menyenangkan, berpenyakit. Iya, homesick!

Homesick adalah suatu keadaan dimana kita merasa rindu pada rumah, bukan pada atap atau dindingnya, tapi pada makhluk hidup di sekitarnya (orangtua, adik-kakak, teman, bahkan pada tukang gorengannya).

Homesick bisa mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis seseorang, beberapa penderitanya bahkan bisa sakit dan depresi. Beruntung kalau dia terlahir dari keluarga yang hangat, tinggal hubungi orang rumah langsung dan bilang rindu. Nah bagaimana dengan nasib orang yang terlahir di keluarga dingin? Mau bilang rindu, pada siapa?

Ok kita jelaskan terlebih dahulu, keluarga dingin adalah sejenis keluarga yang tercipta dari keadaan broken home atau semi broken home, sehingga kondisi rumah tercipta terlalu formal karena setiap anggota keluarganya merasa tidak wajib untuk menyatakan kasih sayangnya secara langsung. Keluarga dingin juga membentuk karakter yang dingin pada anggota keluarga, ketidak pedulian dan gengsi.

Seseorang yang dibesarkan di keluarga dingin akan cenderung memendam rasa rindu dan menumpuknya dalam hati. Merahasisakan dan mengecapnya seorang diri. Sehingga orang sejenis itu bisa jadi mati rasa akan rindu. Hidupnya kosong dan hambar. Beruntung jika dia punya pelampiasan ke arah positif, nah jika tidak? Itu mungkin salah satu alasan kenapa kita harus berusaha akrab pada siapapun, mungkin untuk mencegah seseorang merusak dirinya karena rindu (bisa jadi).

Dan.... Sudah ah, bingung.
.
.
.
Dariku, yang sedang rindu rumah.
Minggu, 29 November 2015 pukul 19:48 WIB.
Tertanda, Kosan Biru Hijau Negla Tengah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar