Rabu, 25 November 2015

Surat untuk Putri Sulung Kerajaan Kopi


Ini adalah surat yang kedua untuk seorang putri, bukan untuk si Sulung Kerajaan Retak lagi, ini untukmu yang kemarin dengan antusias mau diajak mengembara dalam dunia khayal.

Putri Kopi, nama yang kuangkat dari lambang rumahmu disana. Putri yang tegar, yang enggan menangis di hadapan para penonton pasif itu. Kau yang menanti mentari jingga di ujung jalan, perhentian terakhir dengan kilau bahagia yang sejati.

Putri, walau inangmu mengubah marganya dengan pasangan baru, kau masih tetap harus tersenyum. Dan aku yakin kau akan tetap begitu.

Oh iya, angin yang berhembus ke segala arah ternyata nakal juga kepadamu. Dia mengabarkan semak sesuatu yang kurang tepat, hingga para penonton menatapmu skeptis. Aku tahu itu, aku percaya kepadamu, karena aku (maksudku kami) tidak akan jadi penonton pasif itu (semoga).

Putri Kopi, seiring matahari yang senantiasa bergerak dalam peredarannya, seiring itulah (kuharap) Tuhan mempertebal kekuatanmu. Jadilah si Sulung yang selalu tersenyum dan bahagia. Jadilah sesuatu, agar para penonton itu mulai bertepuk tangan akan kesuksesanmu dalam segala hal.

(Jumat, 27 November 2015 pukul 8:07 WIB dari Kosan seharga 4 juta. Saudaramu, Esa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar