Sabtu, 28 November 2015

Seribu Hari Menanti Hujan #90

Sekarang aku bisa apa? Yang selalu kutemukan dalam setiap sudut otakku adalah nama dan wajahmu. Aku takut, berubah menjadi tidak profesional dan mulai berbelok menjadi penggemar barumu. Aku tidak mau, aku takut.

Aku mengenalmu di sebuah taman berbunga kuning yang mempesona. Aku mengenalmu dari sebuah catatan biru. Aku mengenalmu dari Sang Waktu.

Menyukai bahkan mencintai, candaan apalagi yang tengah disuguhkan oleh takdir? Aku belum siap, dan entah kapan akan siap. Aku terlalu takut menjalaninya. Aku takut menyukai dan mencintaimu.

Sebenarnya aku bisa saja mengatakan bahkan meneriakannya, itu pun kalau aku tak memiliki rasa malu pada penonton. Tapi aku bukan tipikal seperti itu, mungkin akan melobi waktu mengenai rasa ini.

Kau, yang kemarin mengalirkan sebuah energi yang cukup besar untuk mendetakan jantungku lebih cepat. Menurutmu aku harus bagaimana saat sebagian diriku (seakan) mengumpan pada hidupmu? Aku tersesat, dalam pemikiran yang berpusat kepadamu. Tolong, bebaskanlah.

Dariku, yang esok pagi ingin menginfus AB pada tubuh lain(semoga).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar