Rabu, 18 November 2015

Surat untuk Putri Sulung Kerajaan Retak

Putri, maafkan hamba. Maaf atas keteledoran lidah yang ambigu dan multitafsir hingga kau menyangka sebuah penyudutan yang tidak pernah kurencanakan.

Oke sebelumnya, kujuluki begitu karena kau memang anak sulung, yang hebat. Yang tinggal di sebuah kerajaan megah dengan kaca retak disana-sini. Hingga kamu hanya bisa menatap dirimu sebagian dan kecewa.

Baik kita lupakan, itu hanya perkiraanku saja.

Putri Sulung dari Kerajaan Retak, aku tau rasa cintamu padanya memuncah dan tidak bisa lagi ditahan oleh bendungan di dalam hatimu sendiri. Namun sayang disampingmu juga ada seorang putri dari kerajaan lain yang mencintai orang yang sama denganmu, Pangeran Berkuda Biru.

Kau Putri Sulung dari Kerajaan Retak, ampuni hamba yang dengan sengaja mengatakan 'kau keduluan'. Walau aku tidak yakin pernah mengatakan demikian, sedang kau mendengar demikian, maka anggaplah demikian. Tapi demi senyum Mamahku, aku tidak pernah berniat melukai perasaanmu. Aku tidak pernah berniat menyudutkan posisimu. Aku tidak bermaksud menyinggung tentang pangeran-mu. Kalau begitu, aku mohon maaf atas ke-ambiguan itu.

Hei Putri Sulung dari Kerajaan Retak, mencintai dalam sunyi memang sulit. Kita harus menahan hati, pikiran, dan sikap agar 'mereka' tidak bisa menangkap ketertarikan diri pada 'orang itu'. Bertahanlah, kecuali kau memang berniat untuk menjadi penggemar suka rela dan terekspos. Tapi kusarankan jangan, beberapa dari mereka menyebalkan dan bermulut besar. Maafkan mereka ya Putri.

Ini adalah surat yang mungkin tidak akan kau baca, kecuali Tuhan mentakdirkanmu membeli kuota dan tersesat dalam Diary Maya-ku. Terimakasih untuk hari ini, ampuni yang telah tak sengaja terucap dan meracaukan pikiranmu. Surat ini juga sebagai pembersih, pikiranku yang juga mulai meracau.

Selamat malam.
Dariku, yang senang panen jambu air di kampus tercinta.

(Rabu, 18 Nopember 2015 tepat 2.29 AM. Kosan Ohing, yang sekat kamarnya mirip jalur chimneying)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar