Minggu, 20 Desember 2015

AB yang Homesick

Kalau aku bilang aku suka sama Si Aa A, jangan percaya. Atau aku bilang aku kagum sama Si Aa B, anggap aku meracau. Karena kata Novri, orang bergolongan darah AB itu plin-plan dan gak pernah benar-benar suka sama satu orang. Haha, anggap saja begitu.

Tapi kalau aku bilang:
.
Aku mau pulang
.
Itu memang benar, percayai dan lihat seberapa lemahnya si gengsi ini menahan rindu 😢

Kalau mereka tanya 'kenapa esa gak pulang?', aku pasti hanya bisa tersenyun tipis tanpa bisa mengatakan alasannya dengan jelas. Di rumah, aku bukan tipikal yang hangat. Aku pasti akan diam, seingin apapun aku bilang 'sayang' sama Mamah, Bapak, Eka, Anne, atau Gara. Ya, kedua orangtuaku memang tidak mengajarkan bagaimana caranya untuk mengatakan cinta dan bermanis muka.

Hingga akhirnya, perasaan rindu di hati kami hanya akan menetap tanpa terucap.

Lantas di saat seperti itu, aku biasanya akan minta ditelpon untuk mendengar Mamah berceramah kecil tentang kesehatan dan makna kepercayaan.

Andai ceramah itu terdengar secara langsung, aku akan berbaring di sampingnya sambil menatap langit-langit kamar yang terasa sangat tinggi.

Ah, kebiasaan itu.

Seseorang pernah bilang 'kamu harus pulang untuk mengembalikan sebagian jiwamu yang menguap'. Iya, aku ingin. Tapi egoisme selalu menemukan banyak alasan untuk membuat ragaku masih tertahan Kota Kembang.

Entah, sampai sini saja.
Si plin-plan mungkin butuh istirahat 😀😁😂✌

Tidak ada komentar:

Posting Komentar