Minggu, 13 Desember 2015

Selamat Ulang Tahun ke-21 Tumitis Surya

Namanya Rahasia, orang yang aku tempel wajahnya di dinding kamar kosan yang jalur masuknya mirip jalur chimney (kosanku). Tapi tenang, foto itu berisi 12 wajah yang berbeda, yang dipertemukan di Bareti beberapa waktu setelah PMB.

Rahasia, kujuluki siapa ya agar lebih enak didengar? Ok, Tumitis Surya. Nama yang terlintas dari percakapan sepele pagi itu. Tumitis artinya seorang titisan atau manusia hasil reinkarnasi, dan Surya adalah nama lain suatu nama. Jadi, kau adalah reinkarnasi Surya, begitu kan?

Ok, marahi aku jika tulisan ini terlalu dalam menyinggung kenyataan. Walau sebenarnya aku tengah berusaha menutupi semua hal yang bisa dijadikan bahan gosip oleh para penonton. Jujur, aku tidak terlalu suka jika mereka riweuh.

Tumitis Surya, tegur aku jika memang aku terlalu mengusik hidupmu melalui pesan-pesan berisi hal sepele. Hanya saja, kau memang menyenangkan (apalagi untuk diajak bercerita).

Awal kedekatan kita ternyata bukan karena pertemuan seminggu sekali itu, bukan karena foto studio, bukan juga karena satu warna dalam berpetualang. Tapi karena sebuah momen dimana aku tidak sengaja terpilih jadi Perempuan Batu, bukan untuk para penghuni Dinasti Utsmaniyah, tapi untukmu. Untuk mendengar cerita pendakian yang tengah kau rencanakan✌ Aku mencoba menjadi pendengar yang baik, walau sering kali tidak bisa memberi solusi yang efektif.

Ada hal yang kusesali namun tetap harus kulakukan, tentang pendakian yang tidak jadi kau lanjutkan. Tentang sebuah gunung dengan kondisi atmosfer yang tidak stabil, dan mirisnya aku yang tahu penyebab ketidakstabilan itu harus bungkam dan pura-pura bodoh. Walau terkadang secara tidak sengaja aku menyuruhmu mundur, bukan karena meragukan kemampuan mendakimu, hanya merasa takut jika badai itu terlalu besar merepotkanmu. Baiklah, salahkan ke-mellow-an ini, hanya saja aku (sedikit) tidak rela jika kau terluka. Kau terlalu baik untuk itu (mungkin).

Yang berlalu biarlah berlalu, aku mengerti bahwa kau tidak suka membicarakan pendakian yang tertunda itu. Maaf, mari kita lupakan.

Tulisan kecil ini berasal dari hati, mungkin. Untuk Tumitis Surya yang kutulis di tengah hujan. Salahkan ke-mellow-an ini lagi, hanya saja aku memang merasa perlu mengatakan 'terima kasih'.

Terima kasih karena telah menjadi salah satu bagian istimewa dalam lembar kehidupanku, sebagai orang yang dengan entengnya mengejek namun juga membantu. Terima kasih karena sudah mau direpotkan dalam beberapa hal, menolong saat aku terjepit waktu untuk mengumpulkan bundel pertanggung jawaban demi nomor baju, mendengarkan racauanku tentang beberapa hal sepele, dan hal lain yang memang berarti, bahkan aku juga berterima kasih karena beberapa diskusi kecil kita tentang epos Mahabaratha.

Entahlah, mungkin aku sedang lelah dan kembali meracau.

Kau tahu, aku mengenal beberapa orang sepertimu di masa lalu. Kita berpisah karena jarak dan waktu, penyesalanku adalah keterlambatan berterima kasih. Perpisahan adalah suatu yang buruk, memang. Dan aku sadar bahwa hal itu akan terjadi pada kita semua. Aku tahu bagaimana cerita ini akan berakhir, hanya memilih menjadi bodoh dan terlarut dalam keadaan masa kini.

Semoga ini sederhana, semoga kau selalu sukses dan berbahagia: menjadi anak kebanggaan ibu serta keluargamu. Semoga segala mimpi dan harapan akan terkabul. Selamat ulang tahun, masih lama? Menurutku tidak, karena aku ingin jadi yang pertama mengucapkannya. Setidaknya hal itu merupakan tindakan yang baik dari seorang adik, begitukah?

Entahlah, aku bingung melanjutkannya.
.
.
Minggu, 13 Desember 2015 pukul 19.34 WIB.
.
.
Semoga aku tidak lupa memberi link ini tepat di hari ulang tahunmu yang ke-21
.
Dan semoga kau tidak membaca tulisan ini sebelum waktu benar-benar berganti ke pukul 00.01 WIB tertanggal 25 Februari 2016, 🙈🙉🙊

Tidak ada komentar:

Posting Komentar