Kamis, 18 Februari 2016

Pemimpin yang Kesepian

"Setiap manusia ditakdirkan untuk menjadi pemimpin, setidaknya bagi dirinya sendiri"
Hal itu yang selalu diajarkan oleh guru-guruku saat di bangku sekolah dulu, hal yang diajarkan juga oleh kakak kelas dan teman-teman seperjuangan di organisasi yang kami geluti bersama.
Tapi ada satu hal yang selalu kita lupakan, pemimpin juga termasuk salah satu manusia yang rentan kesepian, apalagi pemimpin yang menduduki jabatan tertinggi di ormawa, intra, atau ekstrakurikuler sekolah.
Biasanya mereka kesepian di pertengahan masa bakti, saat semangat anggota sudah sedikit melemah bahkan hilang, saat seleksi alam mulai berlaku dan jenuh merajalela.
Kesepian harus diatasi oleh pemimpin itu sendiri, dengan sedikit dukungan moriil dari beberapa anggota setianya. Atau kalaupun semua anggotanya benar-benar pergi, berarti harapan terakhir adalah dirinya sendiri.
Menjadi pemimpin itu harus siap untuk kuat, terkadang harus kuat patah hati, kuat disakiti, kuat dikhianati.
Pemimpin juga harus jadi pribadi yang pemaaf.
Memaaafkan beberapa rekannya, yang disumpah bersama namun mengingkari sumpah jabatan lebih dulu.
Memaafkan beberapa rekannya, yang secara tidak sengaja berlaku tidak profesional atau memolorkan jadwal proker.
Ya begitulah, jadi saat kita sudah bertekad untuk menjadi seorang pemimpin yang baik, maka secara tidak sengaja kita juga bertekad untuk menjadi orang yang kesepian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar