Sabtu, 12 Maret 2016

Surat untuk Kekasihku

Fatih kekasihku, hari ini malam berjalan dengan sangat lambat dan melelahkan. Menghilangkan sedikit kesadaranku mengenai bedanya kenyataan dan harapan, menipiskan keduanya hingga tampak menyatu dan berkawan. Padahal tidak!

Fatih kekasihku, bolehkah kusebut begitu? Kalau pun bukan, biarkan hanya aku yang menganggapmu sebagai kekasih, kau tidak usah. Aku tidak terlalu mengharapkannya!

Fatih kekasihku, bolehkah aku merasa sangat rindu pada pria yang selalu berada tepat di hadapanku?

Fatih kekasihku, kemarin aku mendapat kabar dari angin jika Seno Gumira dengan gagah mencuri senja dan menyembunyikannya selama 10 tahun demi pacarnya yang sudah menikah.

Bolehkah kulakukan hal yang sama untukmu?
Mencuri senja mereka lantas membingkainya hanya untuk kesenanganmu.

Apa aku terlalu jahat?
Maaf, aku lupa kalau kau tidak pernah mengajarkanku demikian.

Maaf juga karena aku terlalu dibuai cinta hingga terlupa apa yang pantas dan tidak pantas untuk dilakukan.

Fatih kekasihku, ayo tetap seperti ini. Mengasihi dalam dingin dan kelam. Mengasihi di balik diam, di belakang mereka semua. Mengasihi berdua saja.

Aku tidak apa, asal masih bisa tertawa lepas_itu sudah sangat cukup.

Iya, aku tidak ingin mereka terlalu melebihkan suasana dan memberi noda hitam di atas nama indah kita.

Aku tidak suka dibuat kikuk hanya karena usilan lidah.

Fatih kekasihku, maaf jika aku rewel. Aku hanya ingin kau tahu, aku tidak akan membicarakan segala hal yang merumitkan itu.

Aku paham: jalani saja seperti biasanya.

Jika dengan demikian kita bahagia, kenapa tidak. Bukankah begitu?

Sudahlah, maaf jika aku salah memaknai semuanya.

Selamat malam
Teruntuk sang penakluk, fatih kekasihku :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar