Kamis, 17 Maret 2016

Surat untuk Mamah

Mah, tekstur tampias air di kamarku semakin kompleks. Bau novel juga semakin kuat. Tapi sayangnya rasa rindu kepadamu justru seakan memudar.

Mah, aku takut. Takut menjadi orang yang keras hati dan buta akan kebajikan. Aku takut memasukan kalian ke api yang berkobar, aku takut demikian.

Tapi maaf, Mah. Aku masih senang berbicara, niatku hanya sebatas lisan bergerak. Masih belum kaffah dalam bertindak.

Mah, doakan aku menjadi manusia yang mudah menangis, bukan karena cinta kepadanya, tapi cinta kepada-Nya.

Semoga Ia selalu memberimu bahagia, walau dalam malam yang sangat hening.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar