Selasa, 01 Maret 2016

Tentang Pacaran Lagi

Pacaran selalu saja jadi bahan cerita yang bagus untuk di bahas saat kita remaja, tentang si doi yang kamu taksir dan sejenisnya.

Namun sayang, pacaran selalu dianggap sebagai sebuah rumah tangga kecil yang harus mendapat perhatian ekstra dari para pelakunya. Efek akhirnya jelas akan mengganggu kedua belah pihak termasuk orang-orang di sekitarnya.

Pacaran hanya membuat si pelakunya pusing, apalagi kalau si doi-nya tengah marah dan cemburu.

Pacaran juga memberikan peluang besar untuk berbuat dosa, baik dari sentuhan, bahasa, dan tatapan mata.

Pacaran akan membuat kita sibuk mengurusi dunia oranglain, yang harusnya menjadi satu hal yang privat dan iya! Kita ngurus hidup sendiri aja udah belum bener 😀😂😅

Pacaran membuat kita bermuka dua, ayolah gak ngelak kalau kita akan selalu berusaha terlihat baik dan perhatian di depan si doi_yang terkadang bahkan kita terseret dan memainkan karakter yang bukan kita banget.

Finally, aku gak pernah melarang orang pacaran_hanya menganjurkan agar kita sama-sama bijak dalam bersikap. Doi bukan suami atau istri kamu loh, jadi kamu masih punya otoritas untuk melakukan apapun dalam hidup kamu tanpa ada di bawah bayang-bayangnya. Jangan sampai pacaran hanya memberi kamu efek negatifnya aja, ambil hal baik dan buang hal jelek.

Belajarlah untuk:
1. Bahagia sewajarnya
2. Bersedih sewajarnya
3. Bersyukur sebanyak-banyaknya

Bahagia, tapi masih inget kalau gak ada kebahagiaan yang abadi. Bersedih, tapi masih inget kalau gak ada juga kesedihan yang abadi. Lantas bersyukur, karena masih diberi kesempatan untuk saling mengasihi antar manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar